Info&tanya jawab

Jumat, 15 Februari 2019

Kopi Bubuk Leworook; Kopi yang Lahirkan Seribu Cerita

(Foto: Berrye Waibaloenk)

Bicara soal kopi di Flores Timur, pasti muncul dua nama; Lite di Adonara dan Hokeng di Wulanggitang. Kopi Leworook? Mungkin terdengar asing di telinga. Namun, belakangan ini kopi Leworook sudah naik kelas. Packingnya eksklusif dengan warna hitam mengkilat dan sudah duduk manis di rak toko, kafe dan pusat perbelanjaan di Larantuka, tidak lagi harus berjemur di trotoar jalan dan dibungkus dengan kantong plastik transparan seadanya tanpa label dan merek.
Adalah Yolan Oyan atau Jossef Lo, pria yang harus ‘bertanggung jawab’ atas hal ini. Menyambangi TIC (Tourism Information Centre) Disparbud Flores Timur hari ini (14/02/2019), Yolan berbagi cerita tentang Kopi Bubuk Leworook, bersama Pak Silvester Kabelen, Pak John Wilbert, dan saya sendiri.
Lahir dan besar di kampungnya di Leworook, dia hidup di antara tanaman kopi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Ketika sedang menuntut ilmu di kota gudeg, dia pun rajin menyambangi angkringan-angkringan. Masih teringat jelas di kepalanya bagaimana mas-mas dari Klaten yang menjual angkringan, memperkenalkan Kopi Joss (kopi yang dicampur dengan arang yang masih menyala) yang cukup fenomenal saat itu. Yolan lantas mulai berpikir tentang mengembangkan kopi di kampungnya.
Tahun 2017, Sarjana Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini mulai merintis usaha kopi di bawah label ‘Kopi Bubuk Leworook’. Dia mulai berpikir untuk merubah image kopi Leworook sehingga layak dijual dan menjadi sovenir khas Flores Timur, selain jagung titi dan kain sarung atau kwatek. “Ketika orang pulang ke daerahnya, sambil menikmati kopi yang mereka bawa dari Larantuka ini, mereka akan mengulang kembali ingatan mereka tentang Flores Timur,” katanya. Itulah ide dasar yang terus menggenang di kepalanya. Maka lahirlah Kopi Bubuk Leworook.

Yolan memanfaatkan petani kopi dan BUMDes di Leworook sebagai pensuplai utama untuk Kopi Bubuk Leworook. “Petani menjual kopi mereka di BUMDes, dan saya membelinya lewat BUMDes, sehingga ada kerjasama antara kita. Namun, tak jarang para petani langsung menjual kepada saya karena terdesak ekonomi. Dan itu saya anggap hal yang wajar. Namun demikian, saya tetap membelinya sesuai harga BUMDes,” cerita ayah dari tiga anak ini.
Apa sih kelebihan Kopi Bubuk Leworook ini? Yolan mulai bercerita.
“Kopi Bubuk Leworook itu termasuk kopi robusta, bijinya lebih kecil. Beda dengan kopi Manggarai yang termasuk kopi arabica yang ukurannya lebih besar dengan rasa yang lebih keras, jenis kopi yang ada di Leworook ini memang lebih banyak dikonsumsi masyarakat umum. Aromanya lebih gurih, ada rasa kreamnya, lalu diakhiri dengan rasa sedikit asam,” kata pria yang mengaku belajar tentang kopi secara otodidak dari internet ini. Yoland pun berbagi pengetahuannya tentang kopi.
“Kata orang, semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makan akan semakin baik rasa kopinya. Leworook berada di ketinggian 1020 m dpl, tidak beda jauh dengan Manggarai. Sehingga, bisa dipastikan Kopi Bubuk Leworook rasanya pun tidak kalah dengan kopi dari daerah lainnya,” sambungnya.
Menurutnya, kopi yang baik juga harus melalui proses yang benar, semisal ukuran tinggi pohon yang ideal sehingga menghasilkan buah kopi yang berkualitas, waktu panen yang tepat, hingga teknik penjemuran yang benar sehingga menghasilkan aroma yang khas ketika disangrai.
“Ketika kita merawat dan mengolah kopi dengan tepat dan sepenuh perhatian, sebagai timbal baliknya kopi akan memberikan hasil yang setimpal dengan usaha kita,” kisahnya berfilosofi. Maklum, sarjana Teologi. Hhe..
Untuk menjamin kualitas kopinya, pria yang juga bekerja sebagai pendamping korban masalah KDRT dan kekerasan lainnya di Dinas Sosial Kabupaten Flores Timur ini pun punya solusi sendiri. Dia rajin membimbing petani dan berbagi pengetahuan dengan mereka, terutama soal menyortir kopi yang berkualitas. Dalam proses produksinya, dia juga bercerita bahwa dia tetap menggunakan gerabah tradisional agar kualitas kopinya benar-benar terjaga. Dia pun mengaku selalu bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur dalam melaksanakan panen bersama.
Di media sosial, Yolan rajin memburu pengetahuan tentang kopi lewat barista dan pecinta kopi yang sudah profesional yang banyak ditemuinya. Coffee connecting people-gitu lah!
Bicara soal omset pemasukan, pria yang pernah menjalani masa novis selama satu tahun sebagai calon imam dari Kogregasi MSF di Salatiga Jawa Tengah ini pun tersenyum sebentar. “Setelah dihitung dengan potongan dan biaya produksi, omset perbulannya sekarang bisa hingga tujuh sampai delapan juta rupiah dengan jumlah produksi tiga hingga lima ratus bungkus tiap bulannya,” kisahnya dengan senyum yang ramah. Wow keren sekali!
“Kopi Bubuk Leworook sudah masuk di pusat perbelanjaan Al'm Mart, Duta CafĂ© hingga ke beberapa toko di Larantuka, dibandrol dengan harga lima belas ribu rupiah,” sambungnya bersemangat.
Perhatian pemerintah cukup besar dirasakannya dalam mendorongnya memulai bisnis yang masih bersifat home industry ini. Ketika bersua dengan Bupati Anton Hadjon, Pak Bupati lantas memuji rasa kopinya, dan berjanji akan mendorong dan memberikan perhatian pada usahanya ini. Mantab!
Mengenai para pekerjanya, saat ini dia hanya masih mengandalkan beberapa kerabat keluarga, termasuk sang istri. Tentu saja ke depannya, dia berharap dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain juga. Secara khusus, enterpeneur muda ini berharap Kopi Bubuk Leworook ini bisa ambil bagian dalam pagelaran Festival Bale Nagi 2019 yang bakal dimulai tanggal 06 April 2019 di Pantai Oa mendatang.
Sure, Sir!
Apa yang menjadi tagline dari Kopi Bubuk Leworook?
“Kopi Seribu Cerita,” jawabnya sambil tersenyum lebar.
“Dari segelas kopi, lahir banyak cerita, inspirasi dan kenangan,” sambungnya puitis.
Ah, tepat sekali.
Malam ini, sambil menyeruput Kopi Bubuk Leworook yang dihadiahkan oleh Yolan tadi sore, saya ingin mengenang kembali ribuan cerita dan menghidupkan harapan pada semangat muda dari kaum muda Flores Timur lainya untuk menjejaki langkah yang sudah ditapaki oleh Yolan ini.
Layaknya kopi, biarkan aroma inspirasi ini menyengat di lubang hidung kaum muda Flores Timur lainnya. Mari seruput lagi kopinya. Srrrrrrrrrrpp!! (Teks: Berrye Waibaloenk/disparbudflorestimur/ticflorestimur)


(Foto: Berrye Waibaloenk)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar